Kamis, 29 Desember 2011

Cicak Lupa kerja sama..

Ku duduk nyantai tatapi anak-anak kecil latihan nyanyi lagu Indonesia Raya di depan rumah.
Latihan nyanyi untuk pamer kemampuan di ajang lomba 17-an beberapa hari lagi.
Tapi perhatian mataku malah tertarik pada perburuan kocak 2 sahabat.
2 cicak buduk nempel serius di atas tembok.
Cari makan untuk kenyangi perut susut menciut.

Seekor laron bodoh diam mempesona.
Menor dandanannya seperti pelacur di malam purnama.
Tubuhnya bau bawang goreng & bumbu sate.
Bikin cicak manapun ngiler pingin nikmati molek bodynya yg ber aroma.

2 cicak sahabat sepakat kerja sama.
Kalau-kalau nanti laron kena, akan dibagi dua.
Makan bareng di malam purnama.
Tenggak arak merah.
Bersulang tanda capai sukses perburuan malam.

Cicak 1 siaga sergap dari sayap kanan.
Cicak 2 siaga sergap dari sayap kiri.
Mereka mengendap-endap tuju body laron yg melamun.
Berburu penuh nafsu birahi pengantin baru.
Berharap laron kenyangi ceking body hari ini.

Cicak 1 merayap lebih cepat.
"Sreettt. . ."
Sayap laron kejeblos masuk ke mulut cicak.
Gelepar-gelepar si laron menor di moncong cicak.
Coba bebaskan diri dari caplokan mulut cicak pencabut nyawa.
Tak rela diri mampus sebelum tetekin bayi mungil yang menanti mama pulang di sarang sana.

Cicak 2 curi kesempatan.
Renggut si pelacur menor dari moncong cicak 1 yang belum telan ibu laron dengan sempurna.
Marah banget si cicak 1.
Karena surat kesepakatan bisnis disobek-sobek cicak 2 tanpa alasan.
Bergulat hebat mereka ber dua di atas tembok.
Rebutin ibu laron yang uda pasti mati dan relakan bayinya piatu.
Ibu laron cuma berdoa dalam hati, semoga sang suami tak tinggal mati si bayi pula.
Kasihan ia sama si bayi kalo bapaknya ikiut-ikutan mati.
Apa lagi sampe kawin lagi.
Tak rela ia kalo bayinya dapat ibu tiri.
Takut si bayi di buang ke semak belukar oleh si ibu tiri karena males urus anak bayi bukan hasil benih diri pribadi.
Jadi yatim piatu deh nanti si bayi.

Perang 2 sahabat tak henti-henti.
Tak tahu malu mereka aku tontoni dari bangku teras rumahku sambil cekikikan.
Cicak 2 akhirnya ambruk bumi.
Tertarik gravitasi, bersama laron hasil rampokannya.
“Geduubraaak…”
Tapi ga mati.
Dan tetap bisa nikmati barang rampokan dari kawan sendiri.

Ku lihat kucing garong tunggu korban sial dari bawah.
Harap-harap ada cemilan ringan turun dari langit kenyangi perut melilit-lilit.
Ketika cicak 2 tersungkur tepat di bumi sambil asyik nikmati laron hasil curi.
Kucing garong hobi ngemil, langsung terjang si cicak sial.
Menerjang dengan cakar jagalnya yang baru diasah kemarin sore.
Menyantap cicak maruk yang khianati kesepakatan kerja.
”Nikmaaaattt….” Katanya.
Bunyi kretek-kretek gemeretak tulang remuk, terdengar samar dari dalam mulut kucing malas kerja keras itu.
Senang dia, bisa makan malam tanpa harus cape-cape kejar tikus jorok bau semerbab got mampet tempat buang ampas.

Cicak 1 ratapi kematian bekas kawan dari atap.
Dilema dimensi emosinya.
Pengen ketawa, tapi yang mati sahabat sendiri.
Pengen berduka, tapi ingat sahabat telah berkhianat.

Cicak bersyukur tak jadi rampok goblok yang terperosok masuk ke teggorok kucing.
Bersyukur tak terkubur hidup dalam usus keroncongan kriuk-kriuk suara cacing pita.
Bersyukur tetap setia pada janji-janji perburuan malam.
Entah apa yang akan terjadi pada cicak 1 di perburuan esok.
Akan cari partner baru yang lebih terpercaya ??
Atau jadi cicak independent tak kenal kawan tak kenal lawan ??
Itu terserah cicak 1 aja.. Mau pilih jadi cicak macam apa..

Yang pasti kejadian itu membuatku tertawa-tawa sendiri dari tadi.
Entah kenapa.
Sepertinya aku baru saja mendapatkan insight.
Insight dari kejadian singkat, yang mungkin hanya sampah tak guna bagi orang-orang..

Hihihihihihiihhihihi…
Syalalalalala lala lalalaalala…. Tralalala lalalalalal… Dam dararam dam dararammm.. duddududddduuuuuuu….
Syalala lala ting ting.. syalala lala ting ting..
Syalalalala syalala lala la laaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa….

















(14 Agustus 2009 ,, sekitar jam sepuluhan malam, 1 meter dari TKP kejadian )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar